[News] 30 Juli 2015 UP45 MigasReview, Jakarta – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami rugi bersih sebesar Rp10,5 triliun, atau turun sebesar Rp25,0 triliun, pada semester I 2015 dibanding dengan semester I 2014 saat mencetak laba bersih sebesar Rp14,5 triliun.
Dalam laporannya, Rabu (29/7), disebutkan bahwa penurunan laba bersih ini terutama karena adanya rugi selisih kurs yaitu dari laba kurs Rp4,4 trilliun pada semester I 2014 menjadi rugi selisih kurs Rp16,9 trilliun pada semester I 2015.
Dengan diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai 2012, sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha. Kondisi ini berdampak pada liabilitas/utang valas PLN meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valas.
Untuk mengurangi beban depresiasi akibat rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar AS, pada April 2015 perusahaan telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan utang usaha valas.
Sementara itu, pendapatan penjualan tenaga listrik pada semester I 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp15,5 triliun atau 18,1 prsen menjadi Rp101,3 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp85,7 triliun.
Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh menjadi sebesar 99,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,8 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 97,6 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 878,44/KWh menjadi Rp1.018,87/KWh.
Jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir semester I 2015 mencapai 59,5 juta pelanggan atau naik 6,82 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 55,7 juta pelanggan. Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 80,1 persen pada Juni 2014 menjadi 84,0 persen pada Juni 2015.
Subsidi listrik pada semester I 2015 sebesar Rp27,4 triliun, turun sebesar Rp30,3 triliun atau 52,5 persen dibandingkan semester I 2014 sebesar Rp57,7 triliun. Penurunan tersebut sejalan dengan efisiensi biaya penyediaan tenaga listrik yang terus dijalankan oleh perusahaan serta adanya kenaikan tarif tenaga listrik pada beberapa golongan tarif.
Sementara itu, total pendapatan usaha pada semester I 2015 sebesar Rp132,54 triliun, lebih rendah Rp14,5 triliun atau turun 9,8 persen dibandingkan dengan semester I 2014 sebesar Rp147,01 triliun.
Meskipun volume penjualan meningkat, namun beban usaha perusahaan turun sebesar Rp10,4 triliun atau 8,8 persen menjadi Rp107,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp118,2 triliun. Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak/BBM dengan penggunaan batubara/energi primer lain yang lebih murah, serta turunnya harga komoditas energi primer. Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM yaitu sebesar Rp19,4 triliun atau 50,5 persen sehingga pada semester I 2015 menjadi Rp18,8 trilliun dari sebelumnya Rp 37,9 trilliun. Biaya pemakaian batubara naik sebesar Rp2,1 triliun atau 10,2 persen sehingga menjadi Rp22,4 triliun, dan biaya pemakaian gas naik dari 22,7 trilliun menjadi 23,2 trilliun.
Perseroan terus melakukan efisiensi dan pengendalian terhadap pengeluaran untuk beban usaha, terutama dengan mengalihkan biaya energi primer dari BBM ke Non-BBM serta efisiensi biaya yang merupakan controllable cost bagi Perseroan.
Laba operasi/usaha perseroan pada semester I 2015 sebesar Rp24,7 triliun, turun sebesar Rp4,1 triliun atau 14,2 persen dibanding periode lalu sebesar Rp28,8 triliun. [SUMBER]