[News] 03 Juli 2015 UP45 MigasReview, Jakarta - PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi), Minggu (2/8), menyatakan pembangunan dua Proyek Utamanya, yaitu: Fasilitas Produksi Hulu Gas Senoro dan Fasilitas Hilir Kilang LNG Donggi Senoro (DSLNG) telah selesai, ditandai dengan peresmian oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan pengiriman kargo LNG pertama.
Pencapaian ini merupakan tonggak penting bagi MedcoEnergi karena telah berhasil memonetisasi lapangan gas Senoro, yang 15 tahun silam masih dianggap sebagai stranded gas, hingga dapat memasok gas ke Kilang DSLNG.
DSLNG berkapasitas 2,1 juta ton LNG per tahun dan dioperasikan oleh PT Donggi Senoro LNG (PT DSLNG), yang merupakan joint venture antara PT Medco LNG Indonesia (11,1%), PT Pertamina Hulu Energi (29%), dan Sulawesi LNG Development Ltd (59,9%), perusahaan patungan antara Mitsubishi Corporation dengan Korean Gas (KOGAS). Kilang ini telah menjalani tahap uji coba (commissioning) dengan sukses dan aman sejak Oktober 2014.
Sementara, Fasilitas Produksi Hulu Gas Senoro dioperasikan oleh Joint Operating Body Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB-PMTS), dimana pemegang sahamnya terdiri dari MedcoEnergi (30%), PT Pertamina (50%), dan Tomori E&P Ltd (20%). Lapangan ini memiliki dua Train fasilitas produksi dengan kapasitas gas 310 juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD) dan kondensat 8.500 barel per hari.
DSLNG merupakan kilang LNG keempat di Indonesia dan yang pertama dikembangkan dengan skema yang memisahkan bisnis hulu dengan bisnis hilir pengolahan LNG. Pemisahan ini memungkinkan terlaksananya proyek pengembangan lapangan gas Senoro yang pada awalnya dianggap marginal sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara yang signifikan. Keuntungan lainnya bagi pemerintah adalah risiko investasi dan operasi kilang LNG ditanggung oleh PT DSLNG selaku pengelola, dan pemerintah tidak perlu menanggung dan mengembalikan investasi kilang LNG melalui skema cost recovery. Pengembangan dan pengoperasian hulu dan hilir ini dapat memberikan kontribusi pendapatan kepada Pemerintah Indonesia sebesar US$ 6,4 miliar pada harga minyak US$ 70 per barel selama periode 13 tahun, sampai berakhirnya masa kontrak PSC pada tahun 2027.
Sejak 30 April 2015, Train-1 Fasilitas Produksi Hulu Gas Senoro sudah beroperasi secara penuh dan produksi dari lapangan Senoro telah mengalir secara komersial sehingga DSLNG bisa memulai produksi LNG (First LNG drop) pada tanggal 24 Juni 2015. Sedangkan Train-2 juga telah mengalirkan gas yang bertahap akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan DSLNG sebesar 250 MMSCFD. Dalam kurun waktu kurang lebih 40 hari beroperasi, Lapangan gas Senoro telah mengalirkan cukup gas untuk pengapalan perdana LNG pada hari ini tanggal 2 Agustus 2015 dengan volume sekitar 125.000 m3 ke Fasilitas Regasifikasi LNG milik PT Pertamina di Arun, Aceh. Selain ke DSLNG, gas juga akan dipasok ke pabrik amoniak yang dioperasikan PT Panca Amara Utama (PAU) sejumlah 55 MMSCFD dan PT PLN sebesar 5 MMSCFD.
Direktur Utama MedcoEnergi Lukman Mahfoedz, menyatakan, eberhasilan dalam penyelesaian kedua proyek ini membuktikan bahwa MedcoEnergi sebagai perusahaan migas swasta nasional telah berhasil melakukan terobosan dalam memonetisasi gas sehingga dapat memberikan kontribusi besar kepada negara.
Proyek ini dirintis oleh MedcoEnergi setelah mendapatkan blok JOB Senoro Tomori pada tahun 2000. Hingga 2005, MedcoEnergi berusaha mengembangkan lapangan gas ini yang memiliki cadangan gas sebesar 1,9 TCF namun lokasinya cukup remote, jauh dari jaringan infrastruktur gas dan pasar gas. Pada 2005, MedcoEnergi beserta mitranya Pertamina memutuskan untuk membangun kilang LNG dengan total investasi sebesar US$2,8 miliar, dan mengembangkan sektor hulu Senoro dengan total investasi yang mencapai US$1,2 miliar. [SUMBER]