[NEWS] 19 April 2016 UP45 Jakarta, Katadata- Lapangan Bangka di Rapak, akan berproduksi pada pertengahan tahun ini. 
Chevron Indonesia masih menunda pengembangan dua lapangan minyak dan 
gas bumi (migas) di Selat Makassar. Dua lapangan ini termasuk dalam 
proyek Indonesia Deepwater Development (IDD). Perusahaan asal Amerika 
Serikat ini menyatakan tidak akan mengembangkan dua lapangan tersebut 
selama harga minyak dunia masih rendah.
Kepala
 Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas 
(SKK Migas) Elan Biantoro mengatakan saat ini Chevron masih menunggu 
harga minyak dunia kembali membaik. Ini dilakukan agar proyek tersebut 
masih tetap ekonomis. “Keekonomian proyek tersebut seharusnya ketika 
harga minyak dunia di atas US$ 50 per barel,” ujarnya saat berbincang 
dengan wartawan di Gedung SKK Migas, Jakarta, Senin (18/4).
Meski begitu, Chevron tetap berkomitmen untuk mengembangkan Lapangan 
Gehem dan Gendalo di Selat Makassar, yang juga termasuk dalam proyek 
IDD. Lapangan Gehem rencananya akan memproduksi gas sebesar 420 juta 
kaki kubik per hari (mmscfd), sedangkan Gendalo sebesar 700 mmscfd. 
Selain gas ada juga kondensat dari Gehem sebesar 25.000 barel per hari 
dan Gendalo 25.000 barel per hari. Rencananya gas alam hasil produksi 
dari proyek ini akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor 
dala bentuk gas alam cair (LNG).
Selain
 lapangan Gendalo dan Gehem di Selat Makassar, Chevron sebenarnya 
memiliki beberapa kontrak Kerja Sama yang masuk dalam proyek IDD yakni 
PSC Ganal, Rapak, dan Muara Bakau. Sementara lima lapangan gas yang akan
 dikembangkan dalam proyek IDD ini yaitu Lapangan Bangka, Gehem, 
Gendalo, Maha, dan Gandang.
Lapangan
 Bangka di Rapak saat ini masih dalam tahap konstruksi. Setelah tahap 
konstruksi selesai, proyek tersebut akan bisa langsung berproduksi. 
Lapangan ini bisa memproduksi gas sekitar 100 mmscfd. Perkiraannya 
lapangan migas ini bisa mulai berproduksi sekitar pertengahan tahun ini.
Walau akan berproduksi pertengahan tahun, sampai saat ini belum tercapai kesepakatan awal atau head of agreement (HoA)
 penjualan gas dari Lapangan Bangka. Padahal alokasi gas untuk ekspor 
dan jatah dalam negeri sudah ditentukan oleh pemerintah. Hasil produksi 
gas dari lapangan itu akan diolah di Kilang Bontang, Kalimantan Timur. 
Setelah itu, pemasarannya bekerjasama dengan East Kalimantan Gas 
Marketing. 
Selain
 diekspor, gas hasil produksi Lapangan Bangka bisa digunakan untuk 
kebutuhan dalam negeri. Tapi porsi untuk dalam negeri ini tidak 
mayoritas. Alasannya, sampai saat ini infrastruktur untuk menyalurkan 
gas belum memadai. Sekarang Pertamina dan Chevron masih bernegosiasi 
untuk gas tersebut.
Proyek
 Bangka dan IDD dikelola oleh Chevron Indonesia Company yang memiliki 62
 persen saham di proyek tersebut. Dikutip dari situs resmi Chevron, 
proyek Bangka ini nantinya akan terkoneksi ke fasilitas produksi 
terapung (FPU). Dalam rancangannya, fasilitas ini memiliki kapasitas 
produksi gas 115 juta mmscfd dan 4.000 barel kondensat per hari. 
Sebelumnya, Chevron sudah mengebor dua sumur pengembangan di proyek 
tersebut pada semester kedua 2014, setelah mengantongi keputusan akhir 
investasi (FID). [SUMBER] 
 

 
 
 
 
 
 
 
