[NEWS] 10 Mei 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Dalam aturan baru nanti, semua orang di seluruh dunia dapat melihat data
migas yang ada di Indonesia. "Kalau tertarik, bisa datang ke Indonesia
untuk studi lanjutan."
Pemerintah tengah mengkaji aturan mengenai pembukaan data minyak dan
gas bumi (migas) di Indonesia. Dengan aturan tersebut diharapkan
investasi di sektor hulu migas akan meningkat.
Direktur Jenderal
Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) mengatakan, industri hulu migas Indonesia belum menemukan lagi
cadangan yang besar setelah temuan di Blok Cepu sekitar 15 tahun lalu.
Bahkan, selama kuartal I tahun ini cadangan minyak dalam negeri hanya
sebesar 7.018 juta tangki barel (MMSTB). Angka ini lebih rendah
dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 7.305 MMSTB.
Tidak
hanya minyak, cadangan gas juga terus menurun. Pada kuartal I-2015
cadangan gas tercatat sebesar 151 triliun standar kaki kubik (TSCF).
Namun, pada kuartal I ini, cadangannya hanya tinggal 148 TSCF.
Kementerian ESDM juga mencatat hasil lelang blok migas setiap terus
menurun setiap tahun. Pada 2014, hanya 11 blok migas yang laku dari 21
blok yang dilelang. Sementara tahun lalu, lelang delapan blok
konvensional tidak satu pun yang mendapatkan pemenang.
Untuk
mengatasi persoalan tersebut, pemerintah akan membuka data migas.
Menurut Wiratamaja, langkah ini meniru kebijakan di Norwegia yang
membuka data-data migasnya, seperti data seismik. Melalui kebijakan itu,
para ahli geologi di berbagai penjuru dunia dapat datang ke negara
tersebut untuk meneliti potensi migas yang ada. Dalam waktu sekitar lima
tahun, Norwegia telah berhasil menemukan cadangan-cadangan migas besar.
Sementara di Indonesia, aturan yang sedang disiapkan pemerintah ini
berbentuk Peraturan Menteri ESDM. Dalam Permen tersebut, semua orang di
seluruh dunia dapat melihat data migas yang ada di Indonesia.
“Selanjutnya kalau tertarik, bisa datang bersama perusahaan ke Indonesia
untuk melakukan studi lanjutan, lelang dan sebagainya,” kata dia.
Kebijakan
tersebut diharapkan dapat mendorong investasi di hulu migas.
Sebab, untuk melihat data migas saat ini orang harus datang ke Indonesia
dan dikenai biaya. Hal tersebut membuat iklim investasi menjadi kurang
atraktif.
Padahal, berdasarkan kajian para ahli geologi,
Indonesia masih memiliki banyak cadangan migas yang besar. Antara lain
di Sumatera, Jawa, Kalimantan, sekitar Sulawesi, Papua dan laut dalam
Maluku.
Terkait kualitas data migas yang dimiliki Indonesia, menurut Wiratmaja,
masih bervariasi. Ada yang bagus sekali, namun ada juga yang masih
kasar atau bahkan belum ada data sama sekali. “Aturan ini diharapkan
rampung tahun ini,” ujar dia. [SUMBER]