[NEWS] 4 Mei 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah penghasil mineral sedang gencar
menarik investor, namun permasalahan listrik kerap menjadi kendala
investasi.
“Kami tahu dan paham bahwa permasalahan yang dihadapi di Sultra adalah mengenai listrik. Maka dari itu, kami ingin memperoleh masukan dari daerah, supaya kami dapat memetakan masalah yang kemudian dapat segera ditindaklanjuti,” tutur Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Investasi dan Pengembangan Infrastruktur, Agus Budi Wahyono.
Agus menjelaskan, permasalahan listrik memang masalah bersama. “Ada Program Indonesia Terang (PIT) yang bertujuan untuk menerangi wilayah Indonesia, melalui energi baru dan terbarukan (EBT), terutama di daerah timur. Karena kita percaya untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi diperlukan listrik,” ujar Agus.
Sementara itu, menurut General Manajer PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat, Warsito, jumlah pembangkit tenaga listrik sudah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di Sulawesi Tenggara. “Namun karena adanya proyek pertambangan, jadi berkurang,” katanya.
Warsito menambahkan bahwa untuk menanggulangi masalah tersebut, PLN sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU ekspansi) di Kendari yang akan rampung pada 2016.
“Selain itu, direncanakan pada 2017, sistem Sultra akan bergabung dengan sistem Sulsel dan Sulbar pada 2017,” tutur Warsito.
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis, Ronggo Kuncahyo, menyatakan bahwa dalam lima tahun ke depan, pertumbuhan listrik akan meningkat menjadi 8,7% per tahun. “Dengan target rasio elektrifikasi 97,4% di akhir tahun 2019. Target tersebut akan dicapai melalui proyek ketenagalistrikan 35.000 MW,” ujar Ronggo.
Langkah percepatan program 35.000 MW yang telah dilakukan oleh Kementerian ESDM antara lain penyediaan lahan dengan memberlakukan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, pengurusan izin dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan pemberlakuan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. [SUMBER]
“Kami tahu dan paham bahwa permasalahan yang dihadapi di Sultra adalah mengenai listrik. Maka dari itu, kami ingin memperoleh masukan dari daerah, supaya kami dapat memetakan masalah yang kemudian dapat segera ditindaklanjuti,” tutur Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Investasi dan Pengembangan Infrastruktur, Agus Budi Wahyono.
Agus menjelaskan, permasalahan listrik memang masalah bersama. “Ada Program Indonesia Terang (PIT) yang bertujuan untuk menerangi wilayah Indonesia, melalui energi baru dan terbarukan (EBT), terutama di daerah timur. Karena kita percaya untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi diperlukan listrik,” ujar Agus.
Sementara itu, menurut General Manajer PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat, Warsito, jumlah pembangkit tenaga listrik sudah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di Sulawesi Tenggara. “Namun karena adanya proyek pertambangan, jadi berkurang,” katanya.
Warsito menambahkan bahwa untuk menanggulangi masalah tersebut, PLN sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU ekspansi) di Kendari yang akan rampung pada 2016.
“Selain itu, direncanakan pada 2017, sistem Sultra akan bergabung dengan sistem Sulsel dan Sulbar pada 2017,” tutur Warsito.
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis, Ronggo Kuncahyo, menyatakan bahwa dalam lima tahun ke depan, pertumbuhan listrik akan meningkat menjadi 8,7% per tahun. “Dengan target rasio elektrifikasi 97,4% di akhir tahun 2019. Target tersebut akan dicapai melalui proyek ketenagalistrikan 35.000 MW,” ujar Ronggo.
Langkah percepatan program 35.000 MW yang telah dilakukan oleh Kementerian ESDM antara lain penyediaan lahan dengan memberlakukan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, pengurusan izin dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan pemberlakuan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. [SUMBER]