PENGHEMATAN PEMANFAATAN FAME CAPAI US$1,94 MILIAR PADA 2016

  [New] 05 Oktober 2015 UP45 Migas Review, Jakarta - PT Pertamina (Persero) dapat melakukan penghematan devisa sekitar US$1,94 miliar pada 2016 apabila tingkat penyerapan fatty acid methyl ester (FAME) sesuai target sebesar 5,14 juta kiloliter (KL).
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan, tahun depan sesuai dengan roadmap pemerintah akan menaikkan persentase mandatori pemanfaatan FAME pada bahan bakar diesel dari saat ini yang berada di level 15% untuk diesel subsidi (PSO) dan industri dan 20% untuk ketenagalistrikan, menjadi 25% dan 30%.
 Total proyeksi kebutuhan FAME yang dapat dipasok Pertamina pada tahun depan diperkirakan mencapai 5,14 juta KL, terdiri dari 2,76 juta KL untuk PSO, 1,12 juta KL untuk biosolar industri, dan 1,26 juta KL biosolar yang dipasok untuk pembangkit listrik. Besaran ini lebih tinggi dibandingkan dengan proyek awal sekitar 4,8 juta KL.
“Apabila diasumsikan rata-rata indeks harga gasoil tahun depan di kisaran US$60 per barel, maka Pertamina akan menghemat devisa sebesar US$1,94 miliar. Langkah ini menjadi satu lagi bukti penting dan konkret upaya Pertamina untuk mencegah aliran devisa ke luar negeri, khususnya dari impor Solar,” kata Wianda dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (4/10).
Sementara itu, untuk tahun ini Pertamina menargetkan dapat menyalurkan FAME sebanyak
966.785 KL hingga akhir tahun. Jika asumsi harga indeks pasar gasoil US$60 per barel, penyerapan FAME tersebut setara dengan penghematan devisa sekitar US$360 juta.
Wianda mengatakan Pertamina optimistis penyerapan FAME akan sesuai dengan target, apalagi setelah pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No.61 tahun 2015 yang mengamanatkan pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit, di mana selisih akibat fluktuasi harga FAME dan Diesel akan diatasi oleh lembaga tersebut.
Untuk persiapan pendistribusian FAME pada Biosolar Pertamina, saat ini perusahaan telah menyiapkan 46 TBBM utama yang tersebar di titik-titik strategis di Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. (aw) [SUMBER]