[News] 05 Oktober 2015 UP45 JAKARTA - 
Penetapan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai alat politik semata. 
Hal ini tidak lepas dari pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) 
meminta harga BBM jenis premium diturunkan.
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean, 
mengatakan seharusnya pemerintah mengkaji secara komprehensif dan cermat
 sebelum memutuskan sesuatu hal yang berdampak di masyarakat, seperti 
penetapan harga BBM.
"Keinginan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi untuk menurunkan 
harga BBM dalam paket kebijakan tahap ketiga sebaiknya jangan jadi alat 
politik semata," kata Ferdinand kepada Okezone.
"Jangan cuma menurunkan harga hanya untuk kepentingan politik karena 
akan jadi percuma dan sia-sia jika pasar ternyata tidak merespons 
kebijakan penurunan harga BBM tersebut," sambungnya.
Ferdinand menyebutkan, sebelum membuat keputusan, pemerintah juga 
harus mempersiapkan kebijakan-kebijakan yang bersifat memfasilitasi 
masyarakat jika sewaktu-waktu kebijakan dari pemerintah tidak nyaman 
bagi masyarakat.
"Jika penurunan harga BBM tidak diikuti oleh kebijakan dari Kemenhub 
untuk meninjau ongkos transportasi, penurunan harga BBM akan sia-sia. 
Demikian juga jika tidak diikuti kebijakan lanjutan dari Kementerian 
Perdagangan dan Kementrian Perindustrian maka percuma menurunkan harga 
BBM," tambahnya.
Menurut Ferdinand, selama ini keputusan penetapan harga BBM tidak 
diikuti oleh kebijakan-kebijakan kementerian terkait guna menjamin 
kenyamanan ekonomi dalam perekonomian nasional. Bahkan, kata Ferdinand, 
keputusan penetapan harga BBM cenderung mengabaikan beberapa faktor, 
seperti harga bahan pokok di pasar dan juga biaya atau ongkos 
transportasi.
"Ini sangat penting supaya kebijakan ini tidak terkesan hanya 
pencitraan politik semata. Pemerintah juga tidak boleh menjadikan 
Pertamina sebagai korban dari politik BBM dengan memaksa Pertamina 
menjual rugi BBM tanpa ada dana stabilisasi BBM atau kebijakan lain 
untuk menutupi kerugian Pertamina jika harus menjual BBM di bawah harga 
keekonomian," tutupnya. [SUMBER]
 

 
 
 
 
 
 
 
