[News] 10 Oktober 2015 UP45 JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian
ESDM (Dirjen EBTKE) mewajibkan Pertamina dan PLN untuk memnggunakan dan
memanfaatkan crude palm oil (CPO).
"Dengan
begitu berkontribusi pada penguatan Rupiah, kemudian kita juga menghemat devisa
yang dipakai solar. Impact lainnya para petani sawit bergairah lagi,"ujar
Direktur Jenderal EBTKE, Rida Mulyana, di Kantor Dirjen EBTKE, Jakarta, Jumat
(9/10/2015).
Menurutnya,
semakin lemahnya harga CPO membuat petani sawait menjadi kesulitan. Untuk itu
Dirjen EBTKE melakukan mandotory kepada Pertamina dan PLN untuk mengunakan CPO
yang telah dihasilkan. "Untuk komit Pertamina dan PLN juga sepakat,"
tuturnya.
Komit
tersebut akan dilakukan PLN, dimana untuk semua PLTD pembangkit akan
menggunakan campuran biodisel. "PLN menyanggupi itu. Kemudian Menteri BUMN
juga memerintahkan untuk mencapmpur biodiesl pada pembangkit PLTD yang dicampur
oleh Pertamina," jelasnya.
Dengan
demikian, diharapkan selisih harga PLN yang menggunakan solar untuk pembangkit
PLTD dapat dialokasikan untuk badan pengelola sawit. "Tadinya Public
Service Obligation (PSO) yang disubsidi sekarang pembangkit PLN selsisih
harganya akan ditabung banda pengelola sawit,"ujarnya.
Sekadar
informasi, perbedaan harga antara biodiesel B100 dan Solar murni 100 persen
(mops), untuk saat ini harganya lebih mahal biodiesel dibandingkan solar.
"Jadi ada percampuran keduanya (biodisel dan solar) untuk peroleh harga
yang nantinya disanggupi PLN," kata dia.
Menurutnya,
antara biodiesel (B100) dan solar (B0) yang dicampiur 20 persen atau 15 persen.
Dari hasil ini diputusakan PLN sudah menyanggupi gunakan B25. "Dengan
harga persisi kalau beli b0. selisih ditanggung badan pengelola sawit,"
tukas Rida . [SUMBER]