[NEWS] 20 April 2016 UP45 Jakarta, Sindonews.com- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sepertinya belum satu 
suara soal pembentukan badan agregator gas, setelah Direktur Jenderal 
Minyak dan Gas Bumi (Migas) ESDM, I GN Wiratmaja Puja mengaku dirinya 
tidak sepakat terkait rencana pembentukan badan agregator gas. Hal ini 
lantaran dinilai terkesan memonopoli pasar.
Dia menambahkan lebih memilih membentuk badan penyangga gas yang dimaksudkan untuk menentukan harga gas industri yang nantinya akan disalurkan ke konsumen. Menurutnya hal ini dilakukan karena melihat fakta di lapangan bahwa terjadi ketidakadilan harga yang sampai ke konsumen.
"Bukan agregator (gas) ya karena itu semacam monopoli. Jadi saya ingin lebih kepada badan penyangga (gas) untuk menentukan harga," katanya di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Dia menambahkan lebih memilih membentuk badan penyangga gas yang dimaksudkan untuk menentukan harga gas industri yang nantinya akan disalurkan ke konsumen. Menurutnya hal ini dilakukan karena melihat fakta di lapangan bahwa terjadi ketidakadilan harga yang sampai ke konsumen.
"Bukan agregator (gas) ya karena itu semacam monopoli. Jadi saya ingin lebih kepada badan penyangga (gas) untuk menentukan harga," katanya di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Lanjut dia pihaknya menemukan situasi yang kompleks di mana harga gas 
tidak sama di beberapa daerah. Misalnya, di Jawa Timur harga gas 
industri murah, sementara di wilayah Sumatera Utara harganya dua kali 
lipat lebih tinggi dari harga yang ada di Jawa. "Lantas pemerintah harus
 membuat aturan untuk mengumpulkan semua sumber gas dan menentukan 
harga," imbuh dia.
Tak hanya itu, diterangkan juga harga gas untuk industri biasanya lebih 
murah. Sementara harga gas untuk industri kelistrikan jauh lebih mahal. 
"Ini yang harus kita diskusikan agar harganya lebih adil," tandasnya. [SUMBER] 
 

 
 
 
 
 
 
 
