[NEWS] 7 April 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Dengan menindaklanjuti arahan dari Presiden Joko Widodo agar putra-putri
daerah Maluku dapat berperan dalam pengelolaan Blok Masela ketika
selesai dibangun nanti pada tahun 2024, untuk itu Pemerintah tengah
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan untuk kegiatan
tersebut.
Menurut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, pihaknya bekerja sama dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dalam menyiapkan SDM agar mampu mengelola dan mengoperasikan Blok Masela.
Nasir menjelaskan, upaya menjaring SDM lokal dilakukan di Universitas Pattimura dan Politeknik Ambon, sesuai dengan bidang yang diperlukan.
“Kira-kira dibutuhkan tenaga engineer dalam bidang apa saja, di antaranya yang sudah disampaikan kepada saya adalah teknik perminyakan, teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia, teknik industri, teknik fisika, dan teknik sipil,” ujarnya.
Nasir mengungkapkan, pendidikan bagi masyarakat sekitar Blok Masela sangat diperlukan karena banyak keuntungan dari pembangunan dan pengelolaan Blok Masela. Tidak hanya terbatas pada hasil produksi gas, tetapi juga industri turunannya seperti pabrik pupuk dan sebagainya. “Ini yang sangat penting dan masyarakat bukan menjadi penonton lagi di sana,” tukasnya.
Sebagai informasi, Blok Masela dikelola oleh PT Inpex Inpex Masela Limited (65%) dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%). Blok ini memiliki luas area lebih kurang 4.291,35 km², terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau lebih kurang 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter. Kontrak kerja sama Blok Masela ditandatangani pada 16 November 1998 dan mendapat persetujuan PoD I pada 6 Desember 2010.
Selanjutnya pada 10 September 2015, SKK Migas mengajukan rekomendasi revisi PoD I Lapangan Abadi, Blok Masela kepada Menteri ESDM. Ini merupakan tindak lanjut permohonan Inpex Masela Limited pada tanggal 12 September 2014 yang mengusulkan perubahan skenario fasilitas produksi Floating LNG (FLNG) dari 2,5 MTPA menjadi 7,5 MTPA. Usulan ini diajukan Inpex karena setelah dilakukan pengeboran pada tahun 2013-2014, cadangannya diidentifikasi jauh lebih besar yaitu 10,37 TCF.
Setelah melalui pertimbangan yang panjang, pada tanggal 23 Maret 2016, Presiden Jokowi memutuskan pembangunan Blok Masela diputuskan di darat (onshore). “Ini adalah sebuah proyek jangka panjang. Bukan hanya satu, dua, sepuluh, atau lima belas tahun. Proyek yang menyangkut ratusan triliun rupiah. Oleh sebab itu, dari kalkulasi, dari perhitungan, dari pertimbangan-pertimbangan yang sudah saya hitung, kita putuskan dibangun di darat,” kata Presiden. [SUMBER]
Menurut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, pihaknya bekerja sama dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dalam menyiapkan SDM agar mampu mengelola dan mengoperasikan Blok Masela.
Nasir menjelaskan, upaya menjaring SDM lokal dilakukan di Universitas Pattimura dan Politeknik Ambon, sesuai dengan bidang yang diperlukan.
“Kira-kira dibutuhkan tenaga engineer dalam bidang apa saja, di antaranya yang sudah disampaikan kepada saya adalah teknik perminyakan, teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia, teknik industri, teknik fisika, dan teknik sipil,” ujarnya.
Nasir mengungkapkan, pendidikan bagi masyarakat sekitar Blok Masela sangat diperlukan karena banyak keuntungan dari pembangunan dan pengelolaan Blok Masela. Tidak hanya terbatas pada hasil produksi gas, tetapi juga industri turunannya seperti pabrik pupuk dan sebagainya. “Ini yang sangat penting dan masyarakat bukan menjadi penonton lagi di sana,” tukasnya.
Sebagai informasi, Blok Masela dikelola oleh PT Inpex Inpex Masela Limited (65%) dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%). Blok ini memiliki luas area lebih kurang 4.291,35 km², terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau lebih kurang 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter. Kontrak kerja sama Blok Masela ditandatangani pada 16 November 1998 dan mendapat persetujuan PoD I pada 6 Desember 2010.
Selanjutnya pada 10 September 2015, SKK Migas mengajukan rekomendasi revisi PoD I Lapangan Abadi, Blok Masela kepada Menteri ESDM. Ini merupakan tindak lanjut permohonan Inpex Masela Limited pada tanggal 12 September 2014 yang mengusulkan perubahan skenario fasilitas produksi Floating LNG (FLNG) dari 2,5 MTPA menjadi 7,5 MTPA. Usulan ini diajukan Inpex karena setelah dilakukan pengeboran pada tahun 2013-2014, cadangannya diidentifikasi jauh lebih besar yaitu 10,37 TCF.
Setelah melalui pertimbangan yang panjang, pada tanggal 23 Maret 2016, Presiden Jokowi memutuskan pembangunan Blok Masela diputuskan di darat (onshore). “Ini adalah sebuah proyek jangka panjang. Bukan hanya satu, dua, sepuluh, atau lima belas tahun. Proyek yang menyangkut ratusan triliun rupiah. Oleh sebab itu, dari kalkulasi, dari perhitungan, dari pertimbangan-pertimbangan yang sudah saya hitung, kita putuskan dibangun di darat,” kata Presiden. [SUMBER]