[NEWS] 20 April 2016 UP45 Metrotvnews.com- Penggabungan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) ke dalam PT Pertamina
disambut positif sejumlah pihak. Penggabungan keduanya bakal membuat
holding energi makin kokoh.
Ketua Forum Industri Pengguna Gas Alam Ahmad Safiun menyebut penggabungan kedua perusahaan mampu meringankan beban pengguna. Harga gas dipastikan akan lebih murah.
Ketua Forum Industri Pengguna Gas Alam Ahmad Safiun menyebut penggabungan kedua perusahaan mampu meringankan beban pengguna. Harga gas dipastikan akan lebih murah.
"Jika PGN digabungkan ke Pertamina diharapkan infrastruktur
pengembangannya akan lebih baik. Selain itu, harga gas juga diharapkan
bisa lebih murah," ujar Safiun dalam siaran pers yang diterima Metrotvnews.com, Rabu (20/4/2016).
Saifun berharap, penggabungan kedua perusahaan mampu membuat pembangunan infrastruktur gas lebih terkoordinasi. Terlebih daerah-daerah yang belum dibangun infrastruktur gas bisa segera dibangun.
"Seperti di Jawa Tengah misalnya yang belum ada pipa," imbuh dia.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga 2030 pemerintah memperkirakan kebutuhan dana untuk membangun infrasturktur gas sebesar USD24,3 miliar. Dengan dana fantastis ini sudah seharusnya kata Saifun pemerintah mengarah untuk menggerakkan industri dan tidak mengejar pendapatan negara.
"Jika gas diberikan atau memang disalurkan ke industri, hasilnya bagus karena negara akan lebih besar disebabkan industri membayar pajak," tambah Saifun.
Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memutuskan menjadikan Pertamina sebagai induk usaha (holding) badan usaha milik negara di sektor energi. Saham PGN sejumlah 57% kini telah dikuasai Negara dan akan menjadi salah satu anak usaha holding BUMN energi.
Menteri BUMN Rini Soemarno, memastikan segala masalah menyangkut Pertamina yang menjadi induk atau holding PGN bakal selesai sebelum Lebaran 2016. “Kajian sudah selesai dan proses sudah jalan semua. Saya juga sudah berbicara dengan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan PP-nya akan diajukan ke Presiden Joko Widodo,” kata dia.
Pemilihan Pertamina sebagai induk usaha PGN kata Rini karena perusahaan pelat merah itu dikuasai 100% sahamnya oleh negara. Apalagi, Pertamina telah berinvestasi cukup signifikan dalam pembangunan pipa transmisi demi menjamin monetisasi cadangan hulu dan optimasi produksi gas nasional.
Adapun, usai penggabungan ini, PGN menargetkan penambahan jaringan gas rumah tangga 110 ribu hingga 2019, PGN juga akan menambah panjang pipa gas lebih dari 1.680 kilometer (km). Saat ini panjang pipa PGN lebih dari 6.980 km.
PGN juga akan mengembangkan mini LNG system untuk Indonesia bagian tengah dan timur, serta memperbanyak jumlah SPBG hingga 2019 yang ditargetkan menjadi 60 unit.
Ketua Koordinator Gas Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Ahmad Widjaja, mengatakan penggabungan PGN ke Pertamina sudah seharusnya dilakukan pemerintah agar distribusi gas di Tanah Air menjadi lebih efisien.
"Penggabungan PGN ke Pertamina juga akan menciptakan holding BUMN energi menjadi lebih kokoh," pungkas Widjaja. [SUMBER]
Saifun berharap, penggabungan kedua perusahaan mampu membuat pembangunan infrastruktur gas lebih terkoordinasi. Terlebih daerah-daerah yang belum dibangun infrastruktur gas bisa segera dibangun.
"Seperti di Jawa Tengah misalnya yang belum ada pipa," imbuh dia.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga 2030 pemerintah memperkirakan kebutuhan dana untuk membangun infrasturktur gas sebesar USD24,3 miliar. Dengan dana fantastis ini sudah seharusnya kata Saifun pemerintah mengarah untuk menggerakkan industri dan tidak mengejar pendapatan negara.
"Jika gas diberikan atau memang disalurkan ke industri, hasilnya bagus karena negara akan lebih besar disebabkan industri membayar pajak," tambah Saifun.
Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memutuskan menjadikan Pertamina sebagai induk usaha (holding) badan usaha milik negara di sektor energi. Saham PGN sejumlah 57% kini telah dikuasai Negara dan akan menjadi salah satu anak usaha holding BUMN energi.
Menteri BUMN Rini Soemarno, memastikan segala masalah menyangkut Pertamina yang menjadi induk atau holding PGN bakal selesai sebelum Lebaran 2016. “Kajian sudah selesai dan proses sudah jalan semua. Saya juga sudah berbicara dengan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan PP-nya akan diajukan ke Presiden Joko Widodo,” kata dia.
Pemilihan Pertamina sebagai induk usaha PGN kata Rini karena perusahaan pelat merah itu dikuasai 100% sahamnya oleh negara. Apalagi, Pertamina telah berinvestasi cukup signifikan dalam pembangunan pipa transmisi demi menjamin monetisasi cadangan hulu dan optimasi produksi gas nasional.
Adapun, usai penggabungan ini, PGN menargetkan penambahan jaringan gas rumah tangga 110 ribu hingga 2019, PGN juga akan menambah panjang pipa gas lebih dari 1.680 kilometer (km). Saat ini panjang pipa PGN lebih dari 6.980 km.
PGN juga akan mengembangkan mini LNG system untuk Indonesia bagian tengah dan timur, serta memperbanyak jumlah SPBG hingga 2019 yang ditargetkan menjadi 60 unit.
Ketua Koordinator Gas Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Ahmad Widjaja, mengatakan penggabungan PGN ke Pertamina sudah seharusnya dilakukan pemerintah agar distribusi gas di Tanah Air menjadi lebih efisien.
"Penggabungan PGN ke Pertamina juga akan menciptakan holding BUMN energi menjadi lebih kokoh," pungkas Widjaja. [SUMBER]