[NEWS] 9 Mei 2016 UP45 Jakarta, Katadata- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
 (SKK Migas) menyetujui 18 rencana pengembangan lapangan minyak dan gas 
bumi (migas). Setelah 18 lapangan tersebut berproduksi, negara 
berpotensi memperoleh penerimaan US$ 3,015 miliar atau setara dengan Rp 
39,2 triliun. 
Kepala Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan, 
potensi penerimaan itu berdasarkan perhitungan rata-rata porsi 
penerimaan bruto yang diperoleh negara saat lapangan migas itu 
berproduksi sebesar 60 persen. SKK Migas memperkirakan produksi minyak 
dan kondensat dari pengembangan 18 lapangan itu sebanyak 45 juta barel. 
Sementara produksi gas bumi diperkirakan 271 miliar kaki kubik (BCF). 
Adapun masa waktu dimulainya produksi 18 lapangan migas itu bervariasi, 
antara tahun ini hingga 2020 mendatang.
Taslim mengatakan, rencana pengembangan 18 lapangan migas tersebut 
diajukan oleh empat kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) selama periode 
Januari hingga April lalu. Yaitu PT Pertamina EP, PT Chevron Pacific 
Indonesia, PetroChina International Jabung dan PHE Nunukan Company. 
Rencana pengembangan lapangan tersebut meliputi plan of development (PoD), plan of further development (PoFD), dan put on production (PoP). Total investasinya mencapai US$ 1,496 miliar atau sekitar Rp 19,5 triliun.
Dari
 18 rencana pengembangan lapangan yang disetujui, sebanyak 16 lapangan 
berada di wilayah barat Indonesia, dan sisanya di kawasan timur. Menurut
 Taslim, hal itu menunjukkan masih belum banyak kegiatan migas dilakukan
 di kawasan timur Indonesia. “Padahal, potensi di timur (Indonesia) 
sangat besar,” kata dia berdasarkan siaran pers SKK Migas, Minggu (8/5).
Berdasarkan
 data yang dirilis SKK Migas, Chevron Pacific Indonesia merupakan KKKS 
yang mengantongi paling banyak persetujuan pengembangan, yakni 13 
lapangan migas. Perinciannya: Lapangan Minas Phase 2, Lapangan Candi, 
Lapangan Pematang, Lapangan Pungut, Lapangan Pager, Lapangan ubi, 
Lapangan Benar, Lapangan Minas Phase 3, Lapangan Kokoh, Lapangan Pinang,
 Lapangan Puncak, Lapangan Kotabatak Phase 3 dan Lapangan Menggala 
North.
Sementara itu, Pertamina EP memperoleh persetujuan pengembangan tiga 
lapangan, yaitu Lapangan Muara Tanjung Una, Sumur Pondok Mulia (PDL-01) 
dan Kuala Simpang. PetroChina International Jabung juga memperoleh 
persetujuan untuk mengembangkan  Lapangan NEB-UTAF dan Sabar. Sedangkan 
PHE Nunukan Company untuk Lapangan Badik dan West Badik.
Ke
 depan, SKK Migas terus berupaya mempercepat persetujuan rencana 
pengembangan lapangan migas. Di tengah rendah harga minyak dunia, Taslim
 mengatakan, SKK Migas memang mendorong kontraktor untuk melakukan 
efisiensi program dengan menjadikan kegiatan penambahan cadangan dan 
produksi migas sebagai prioritas.
Di sisi lain, pelaku industri 
 hulu migas berharap adanya insentif dari pemerintah di tengah harga 
minyak yang rendah. Presiden Direktur PT Energi Pasir Hitam Indonesia 
(Ephindo) Sammy Hamzah mengatakan salah satu insentif yang bisa 
diberikan adalah skema penggantian biaya operasi atau cost recovery dengan country basis.
Dengan skema ini kontraktor tetap bisa mengajukan cost recovery meski
 gagal menemukan cadangan migas di masa eksplorasi. Pemerintah akan 
mengganti biaya operasi blok itu dari hasil penerimaan kontraktor 
tersebut di blok lain yang sudah berproduksi. [SUMBER] 
 

 
 
 
 
 
 
 
