[NEWS] 10 Juni 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Harga minyak dunia yang pernah menyentuh rekor US$132,8 per barel pada
Juli 2008 atau rata-rata US$108,37 per barel sepanjang 2014 disebut
Faisal Basri, tinggal sejarah. Ekonom Universitas Indonesia itu
meyakini, seluruh perusahaan minyak dan gas bumi (migas) maupun
negara-negara produsen tidak akan pernah menikmati keuntungan besar dari
harga minyak yang tinggi.
“Dunia perminyakan telah memasuki babak baru. Porsi minyak bumi dalam penyediaan energi turun dan akan terus turun lebih cepat, digantikan oleh gas dan energi terbarukan terutama energi surya,” ujar Faisal , seperti dilaporkan CNNindonesia.com, Jumat (10/6).
Faisal mencatat, lesunya sisi produksi migas dan tingginya konsumsi energi dunia akan membentuk keseimbangan harga baru. Terlebih mayoritas negara di dunia sepakat untuk mengurangi kerusakan lingkungan dengan memangkas konsumsi energi berbasis fosil seperti minyak dan mulai menggantikannya dengan energi terbarukan.
Oleh karena itu, ia menilai pilihan yang paling logis saat ini adalah mendorong penggunaan energi terbarukan untuk meningkatkan kemandirian energi. Ia menyarankan agar perubahan sistem insentif tidak hanya terbatas pada energi fosil, tetapi juga mencakup sumber energi primer yang terbarukan. [SUMBER]
“Dunia perminyakan telah memasuki babak baru. Porsi minyak bumi dalam penyediaan energi turun dan akan terus turun lebih cepat, digantikan oleh gas dan energi terbarukan terutama energi surya,” ujar Faisal , seperti dilaporkan CNNindonesia.com, Jumat (10/6).
Faisal mencatat, lesunya sisi produksi migas dan tingginya konsumsi energi dunia akan membentuk keseimbangan harga baru. Terlebih mayoritas negara di dunia sepakat untuk mengurangi kerusakan lingkungan dengan memangkas konsumsi energi berbasis fosil seperti minyak dan mulai menggantikannya dengan energi terbarukan.
Oleh karena itu, ia menilai pilihan yang paling logis saat ini adalah mendorong penggunaan energi terbarukan untuk meningkatkan kemandirian energi. Ia menyarankan agar perubahan sistem insentif tidak hanya terbatas pada energi fosil, tetapi juga mencakup sumber energi primer yang terbarukan. [SUMBER]