[NEWS] 16 Juni 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Presiden Joko Widodo meresmikan groundbreaking Mobile Power Plant (MPP)
Jeranjang berkapasitas 2×25MW. MPP ini terletak di Kecamatan Mataram,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengungkapkan ia akan melihat langsung ke lapangan perkembangan proyek pembangunan ketenagalistrikan yang tengah dilaksanakan. Selain itu Jokowi mengisyaratkan suatu saat nanti bisa memaksimalkan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna memenuhi tren permintaan listrik yang terus mengalami kelonjakan.
Jokowi melihat MPP adalah solusi bagi percepatan infrastruktur ketenagalistrikan di beberapa daerah. MPP dinilai mampu mengejar kecepatan dalam memenuhi kebutuhan listrik yang mendesak, mengingat waktu penyelesaian yang lebih cepat sekitar 6-7 bulan.
“Tapi dalam jangka panjang, kita akan lihat cost-nya. Mana yang lebih ekonomis. Kalau nanti sudah jalan, kita ingin melihat provinsi-provinsi yang kurang itulah yang kita tambahi terlebih dahulu, yang kurang dikejar untuk ditambah biar tidak ada byarpet. Kalau sudah cukup, itu yang akan kita perluas lagi,” tuturnya.
Proses ekspansi, menurut dirinya harus melihat perkembangan setiap tahun apakah itu akan ada pertumbuhan, ada permintaan sehingga yang sudah cukup ini tetap dihitung lagi.
Pembangunan PLTU Jeranjang ini pembiayaannya terdiri atas dua bagian, yaitu sebesar US$ 30,7 juta dan Rp 354,3 miliar. Pendanaan tersebut dilakukan PT Barata Indonesia (Persero) menggunakan sistem turnkey (Engineering Procurement dan Construction/EPC) .
Mengenai penyelesaian proyek yang berhenti, Presiden menyampaikan bahwa nanti akan dibahas dalam rapat terbatas setelah sebelumnya dicek lagi oleh BPKP. Jokowi juga menyampaikan bahwa mengejar kecepatan pembangunan pembangkit listrik sudah tepat menggunakan MPP
“Tetapi ke depan karena kita punya potensi air, sungai, hydro juga sebentar lagi akan kita tunjukkan dimana nanti yang hydro,” pungkas Jokowi. [SUMBER]
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengungkapkan ia akan melihat langsung ke lapangan perkembangan proyek pembangunan ketenagalistrikan yang tengah dilaksanakan. Selain itu Jokowi mengisyaratkan suatu saat nanti bisa memaksimalkan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna memenuhi tren permintaan listrik yang terus mengalami kelonjakan.
Jokowi melihat MPP adalah solusi bagi percepatan infrastruktur ketenagalistrikan di beberapa daerah. MPP dinilai mampu mengejar kecepatan dalam memenuhi kebutuhan listrik yang mendesak, mengingat waktu penyelesaian yang lebih cepat sekitar 6-7 bulan.
“Tapi dalam jangka panjang, kita akan lihat cost-nya. Mana yang lebih ekonomis. Kalau nanti sudah jalan, kita ingin melihat provinsi-provinsi yang kurang itulah yang kita tambahi terlebih dahulu, yang kurang dikejar untuk ditambah biar tidak ada byarpet. Kalau sudah cukup, itu yang akan kita perluas lagi,” tuturnya.
Proses ekspansi, menurut dirinya harus melihat perkembangan setiap tahun apakah itu akan ada pertumbuhan, ada permintaan sehingga yang sudah cukup ini tetap dihitung lagi.
Pembangunan PLTU Jeranjang ini pembiayaannya terdiri atas dua bagian, yaitu sebesar US$ 30,7 juta dan Rp 354,3 miliar. Pendanaan tersebut dilakukan PT Barata Indonesia (Persero) menggunakan sistem turnkey (Engineering Procurement dan Construction/EPC) .
Mengenai penyelesaian proyek yang berhenti, Presiden menyampaikan bahwa nanti akan dibahas dalam rapat terbatas setelah sebelumnya dicek lagi oleh BPKP. Jokowi juga menyampaikan bahwa mengejar kecepatan pembangunan pembangkit listrik sudah tepat menggunakan MPP
“Tetapi ke depan karena kita punya potensi air, sungai, hydro juga sebentar lagi akan kita tunjukkan dimana nanti yang hydro,” pungkas Jokowi. [SUMBER]