[NEWS] 30 Agustus 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Masih tingginya harga gas di dalam negeri di banding di singapura yang
lebih murah telah menyebabkan tata niaga perdagangan gas di Indonesia
terlalu kompleks.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat di Jakarta.
“Gas berasal dari Indonesia dijual ke Singapura dengan harga berkisar US$ 4 per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU), begitu harga gas dijual sendiri di Indonesia maka harga gas sudah US$ 12, artinya di situ terjadi percaloan yang luar biasa,” ujarnya.
Oleh karena itu, API meminta kepada pemerintah terkait untuk segera memperbaiki tata niaga gas. Sebab, kondisi industri dalam negeri belum terlalu baik dan membutuhkan harga gas yang lebih murah.
“Ini yang harus kita benahi, kan gas itu bisa langsung berikan implikasi bagaimana bisa bermanfaat bagi masyarakat yang sebesar-besarnya. Kita harapkan harga gas paling tidak tidak terlalu tinggi perbedaanya antara yang dijual ke Singapura, Korea dan Vietnam, dibandingkan di dalam negeri,” tuturnya.
Untuk itu, dirinya berharap, harga gas dalam negeri bisa stabil di angka US$ 7. "Kalau gasnya mahal barang kita juga sulit bersaing secara global. Gas ini merupakan energi primer dan energi sekundernya adalah listrik,” tukasnya. [SUMBER]
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat di Jakarta.
“Gas berasal dari Indonesia dijual ke Singapura dengan harga berkisar US$ 4 per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU), begitu harga gas dijual sendiri di Indonesia maka harga gas sudah US$ 12, artinya di situ terjadi percaloan yang luar biasa,” ujarnya.
Oleh karena itu, API meminta kepada pemerintah terkait untuk segera memperbaiki tata niaga gas. Sebab, kondisi industri dalam negeri belum terlalu baik dan membutuhkan harga gas yang lebih murah.
“Ini yang harus kita benahi, kan gas itu bisa langsung berikan implikasi bagaimana bisa bermanfaat bagi masyarakat yang sebesar-besarnya. Kita harapkan harga gas paling tidak tidak terlalu tinggi perbedaanya antara yang dijual ke Singapura, Korea dan Vietnam, dibandingkan di dalam negeri,” tuturnya.
Untuk itu, dirinya berharap, harga gas dalam negeri bisa stabil di angka US$ 7. "Kalau gasnya mahal barang kita juga sulit bersaing secara global. Gas ini merupakan energi primer dan energi sekundernya adalah listrik,” tukasnya. [SUMBER]