[NEWS] 24 September 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Saat ini bahan bakar jenis LPG (Liquefied Petroleum Gas) sebaiknya tak
lagi digunakan. Pasalnya, bahan baku LPG selama ini lebih banyak
mengandalkan impor.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto belum lama ini di Jakarta.
Untuk itu, Airlangga menegaskan, pihaknya akan mendorong pelaku industri, agar mengembangkan gas yang berbasis dimethyl ether yang diproduksi dari batu bara berkalori rendah.
“Yang selalu jadi dream (mimpi) saya, bangun gasifikasi yang efisien. Saat sekarang batu bara lagi rendah harganya, apalagi yang low calory. Ini bisa subtitusi LPG ke batu bara dari dimethyl ether,” tuturnya.
Sementara itu, tambahnya, terkait dengan dengan konversi dari minyak ke LPG saat ini dirasa masih kurang pas, lantaran gasnya sendiri harus diimpor. “Beberapa tahun lalu konversi kerosin (minyak tanah) ke gas. Nah sekarang kita dorong ke gas alam atau batu bara, karena LPG kan kita impor,” ujarnya.
Dirinya menargetkan, sudah ada industri yang mulai memproduksi gas dimetyl ether paling lambat pada 2019 mendatang. “Nggak hanya di Bontang, tapi juga di Sumatera Selatan, karena di situ kan PT Bukit Asam punya sumber batu bara kalori rendah. Tapi sejak dulu progres-nya sedikit. Ini kan akan kurangi ketergantungan LPG pada gas rumah tangga,” pungkasnya. [SUMBER]
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto belum lama ini di Jakarta.
Untuk itu, Airlangga menegaskan, pihaknya akan mendorong pelaku industri, agar mengembangkan gas yang berbasis dimethyl ether yang diproduksi dari batu bara berkalori rendah.
“Yang selalu jadi dream (mimpi) saya, bangun gasifikasi yang efisien. Saat sekarang batu bara lagi rendah harganya, apalagi yang low calory. Ini bisa subtitusi LPG ke batu bara dari dimethyl ether,” tuturnya.
Sementara itu, tambahnya, terkait dengan dengan konversi dari minyak ke LPG saat ini dirasa masih kurang pas, lantaran gasnya sendiri harus diimpor. “Beberapa tahun lalu konversi kerosin (minyak tanah) ke gas. Nah sekarang kita dorong ke gas alam atau batu bara, karena LPG kan kita impor,” ujarnya.
Dirinya menargetkan, sudah ada industri yang mulai memproduksi gas dimetyl ether paling lambat pada 2019 mendatang. “Nggak hanya di Bontang, tapi juga di Sumatera Selatan, karena di situ kan PT Bukit Asam punya sumber batu bara kalori rendah. Tapi sejak dulu progres-nya sedikit. Ini kan akan kurangi ketergantungan LPG pada gas rumah tangga,” pungkasnya. [SUMBER]