[NEWS] 28 Oktober 2016 UP45, TEMPO.CO, Jakarta
 - Setelah keputusan tentang pengelolaan blok Masela resmi menjadi 
dokumen resmi, SKK Migas menyatakan akan melakukan sosialisasi. 
Demikian dikatakan Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan 
Maluku, Enrico CP Ngantung terkait proyek pengembangan gas alam cair 
Blok Masela yang akan dibangun di darat (onshore).
"Proyek pengembangan Blok Masela masih diproses di tingkat pusat, 
karena itu belum dapat menyampaikan informasi yang lebih akurat kepada 
masyarakat terkait keputusan pemerintah akan dibangun di darat, " kata 
Enrico di Ambon, Selasa (25 Oktober 2016).
Menurut dia, kalau membaca di media massa, pemerintah sudah tentukan 
proyek pengembangan Blok Masela akan dibangun di darat, tetapi 
kelanjutan prosesnya yang punya kewenangan untuk memberikan keterangan 
lebih akurat adalah SKK Migas Pusat.
"Kami di daerah tidak mempunyai kewenangan atau posisi untuk 
memberikan keterangan, terkait proses kelanjutan keputusan pemerintah 
itu," ujarnya.
Sementara itu, Sr.Specialist Govemment Relations Communication & 
Relations Departemen Inpex Corporation, Adrial Wilde mengatakan proyek 
pengembangan gas alam cair Blok Masela menjadi isu yang ramai 
dibicarakan.
"Proyek ini dikerjakan secara transparan dan masyarakat Maluku dapat melihatnya," katanya.
Menurut dia, setiap perkembangan terkait kelanjutan proyek itu akan 
dilakukan sosialisasi. Kerena itu, pihaknya meminta dukungan dari 
pemerintah Provinsi Maluku, masyarakat, tokoh-tokoh adat dan segenap 
komponen yang ada di daerah ini.
"Perubahan proyek pengembangan gas alam cair, yang dibangun di darat 
datang dari pemerintah. Kami bisa memahami sampai sejauh mana yang 
dinginkan oleh pemerintah, bisa didiskusikan bersama, sehingga mendapat 
satu kesimpulan yang sama," kata Adrial.
Sebagai kontraktor, katanya, Inpex punya komitmen untuk tetap 
menjalankan proyek tersebut. Kendati diskusi tentang keputusan 
pemerintah masih terus berlangsung dan sebagai kontraktor terus 
melakukan pembicaraan-pembicaraan dan melakukan perhitungan-perhitungan,
 sampai pada kesimpulan bersama untuk disepakati.
"Jujur saja, kami terkejut ketika mendengarkan pernyataan pemerintah 
bahwa proyek pengembangan Blok Masela akan membuka 120.000 lowongan 
kerja, dan ditambah pernyataan mantan Menteri Rizal Ramli bahwa akan 
terserap sebanyak 380.000 lowongan," ungkap Adrial.
Menurut dia, pihaknya bingung mendengar angka sebesar itu, dari mana mendapatkannya.
"Kami berharap teman-teman media massa dapat membantu memberikan 
pencerahan kepada masyarakat Maluku, agar bisa lebih realistis melihat 
perkembangan yang ada. Kita juga tidak mengharapkan harapan-harapan yang
 begitu tinggi, tetapi kemudian berhadapan dengan kenyataan yang sangat 
jauh berbeda," tandasnya.
Menurut Adrial, sebenarnya harapan itu masih terlalu jauh, karena 
masih banyak proses yang harus dilalui dalam proyek ini, dan banyak 
komponen yang harus dihitung.
"Mungkin ini yang paling penting bagi masyarakat Maluku, bahwa tidak 
melihat kontraktor-kontraktor kerja sama (KKKS) seperti PT. Karena 
sampai saat ini, kami masih menerima surat-surat dari stakeholder dengan
 mengawali PT Inpex," katanya.
"Kalau konstruksi pemikiran saja sudah berbeda dengan memulai dengan 
PT Inpex, pasti gambarannya seolah-olah perusahaan tambang yang 
diinvestasikan atau ingin membangun usaha di Maluku, padahal Inpex 
adalah kontraktor pemerintah yang mengerjakan pekerjaan melalui proses 
tender.
"Kewajiban-kewajiban pemenang tender harus teruji. Otomatis kalau 
kontraktor, itu pekerjaan yang diberikan sangat jelas. Jadi, kami mohon 
untuk bisa melihat keberadaan kontraktor, sehingga ini bisa membantu 
memberikan pencerahan lebih lanjut bagi masyarakat di daerah ini," ujar 
Adrial. [SUMBER]
 

 
 
 
 
 
 
 
