[NEWS] 13 Desember 2016 UP45. Jakarta, Kata data - Dengan asumsi kenaikan harga minyak dunia US$ 5 per barel, harga Solar
subsidi periode Januari sampai Maret 2017 bisa naik sekitar Rp 500 per
liter. PT Pertamina (Persero) memperkirakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
jenis Solar subsidi akan naik pada awal Januari 2017. Salah satu
penyebabnya adalah kenaikan harga minyak dunia akibat pengurangan
produksi oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak mentah (OPEC).
Wakil
Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, harga Solar subsidi
periode Januari sampai Maret 2017 bakal naik sekitar Rp 500 per liter
dari harga periode sebelumnya dengan asumsi kenaikan harga minyak dunia
US$ 5 per barel. "Karena harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik,"
kata dia di Jakarta, Selasa (13/12).
Pekan
ini, harga minyak dunia bahkan berhasil mencetak rekor tertinggi dalam
18 bulan terakhir. Pada perdagangan Senin (12/12), harga minyak West
Texas Intermediate ditutup menguat US$1,33 ke angka US$52,83 per barel.
Sementara harga minyak Brent naik US$1,36 ke angka US$57,89.
Harga
minyak dunia ini memang menjadi variabel penting dalam penentuan harga
BBM. Mengacu Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 tahun 2016, penentu harga
dasar BBM adalah harga indeks pasar dan nilai tukar rupiah selama tiga
bulan. Untuk Solar, ada subsidi sebesar Rp 500 per liter.
Harga
Solar subsidi saat ini sebesar Rp 5.150 per liter. Sedangkan harga
Minyak Tanah Rp 2.500 per liter dan Premium Rp 6.450 per liter.
Menurut
Ahmad Bambang, Pertamina mengalami defisit sebesar Rp 700 per liter
dengan menjual harga Rp 5.150 per liter sejak Oktober lalu. Penyebabnya,
pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM pada periode tersebut
meskipun indikator harga minyak naik.
Selain
itu, Bambang mengaku, kenaikan harga Solar pada periode Januari sudah
masuk dalam pembukuan keuangan tahunan yang berbeda. Alhasil, keuntungan
yang diperoleh Pertamina pada penjualan tahun ini tidak bisa menutup
selisih harga keekonomian minyak tahun depan.
Sekadar informasi,
Pertamina berhasil meraup laba bersih sebesar US$ 2,83 miliar atau
sekitar Rp 37,06 triliun hingga akhir kuartal III lalu. Keuntungan
bersih ini melonjak 209 persen dibandingkan periode sama tahun lalu
yakni US$ 914 juta atau Rp 11,97 triliun.
Di
tempat yang sama, Direktur Pembinaan Hilir Kementerian ESDM Setyorini
Tri Hutami mengatakan, jika melihat tren penentu harga maka harga Solar
periode Januari sampai Maret 2017 memang mengalami kenaikan. Namun,
besarannya masih dihitung dan belum diputuskan. “Yang memutuskan Pak
Menteri ESDM nanti," kata dia.[SUMBER]