HARGA MINYAK MENGUAT TIDAK BERTAHAN LAMA

[News] 28 Agustus 2015 UP45 Migas Review, Jakarta - Harga minyak mengalami penguatan akibat sentimen devaluasi mata uang Yuan dan penurunan suku bunga di China. Namun, harga minyak menguat diperkirakan tidak berlangsung lama hingga awal tahun mendatang.
Mengutip Bloomberg, Rabu (26/8) harga Minyak WTI untuk pengiriman Oktober USD$39,31 per barel  dengan kenaikan USD$1,07 atau 2,8% di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober USD$43,21 dengan kenaikan US$52 sen atau 1,2% diICE Futures Europe Exchange.
Harga minyak mengalami rebound dari level terendah selama enam tahun terakhir setelah terbitnya dua kebijakan The People’s Bank of China atau Bank Sentral China. Yakni devaluasi mata uang Yuan sebesar 1,85% terhadap dollar US  dan 2,2% terhadap Euro. Serta, menurunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 4,6% dari sebelumnya yang berada di level 4,85%.
Analis minyak dari Commerzbank di Frankfurt Carsten Fritsch mengatakan, China dapat memperngaruhi fluktuasi harga minyak dunia. Pasalnya, China merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. “Ini bukan tentang fundamental pasar minyak dunia, ini semua mengenai China,” ucapnya di Reuters (25/8).

Tidak Bertahan Lama

Negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC mempertahankan produksi. Arab Saudi sebagai negara memimpin OPEC tetap memproduksi minyak 10,57 juta barel per hari pada bulan Juli berdasarkan data Bloomberg.
Herve Wilczynski partner dari AT Kearny Inc Oil & Gas mengatakan, Arab Saudi terkena dampak dari kebijakan OPEC untuk melawan pasokan minyak berlebih dari negara non-OPEC. Arab Saudi mencari solusi untuk memangkas anggaran negara pada tahun depan karena penurunan harga minyak mentah. "Kebijakan Saudi sangat mahal bagi mereka. Arab memikirkan ulang mendanai program-program sosial yang sebelumnya tidak ada saat harga minyak rendah di era 1980an," ucapnya di Bloomberg.
Menteri Perminyakan Norwgia Tord Lien mengatakan rebound harga minyak dunia tidak akan berlangsung lama. “Kenaikan harga minyak jelas tidak berkelanjutan dalam jangka menengah dan panjang,” ucapnya di Bloomberg (26/8).
Disisi lain, perjanjian penghapusan beberapa sanksi negara Iran akan membuka pasokan minyak berasal dari negeri tersebut di tahun 2016. Langkah ini setelah Iran mencapai kesepakatan  dengan enam kekuatan dunia mengenai program nuklirnya. Senin (24/8), Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan, pelonggaran sanksi terhadap Iran pada awal musim semi 2016, dimana Iran akan membuka ekspor minyak.
Iran berencana mempercepat produksi dan ekspor minyak mentah secepat pencabutan sanksi internasional yang diberlakukan sejak 2012. Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan, Iran meningkatkan produksi minyak 500 ribu barel perhari pada Selasa (25/8). “Setelah pembatasan dihapus, Iran akan mengambil kembali pangsa pasar yang hilang lebih dari 1 juta barel perhari,” ucapnya menurut kantor berita nasional Iran, Shana.
Iran memberikan sinyal akan menjual minyaknya dengan harga berapa pun ditengah trend penurunan harga. “Kami harus menjual minyak kita. Meskipun kami ingin menjual minyak lebih mahal, harga tetap ditentukan oleh pasar,” ucap Zanganeh. [SUMBER]