JUAL BBM SAMPAI TIMUR TENGAH, PERTAMINA SAPIH ANAK USAHA BARU

[News] 05 November 2015 UP45 Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Pertamina (Persero) berencana membentuk anak usaha baru di sektor hilir minyak dan gas bumi (migas) yang akan fokus menjual produk bahan bakar minyak (BBM) dan pelumas ke luar negeri. 

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan untuk tahap awal, perusahaan tersebut akan fokus membuka peluang penjualan BBM dan pelumas ke kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah.

“Namanya Pertamina International Downstream (PIDS). Tapi perusahaan ini bukan perusahaan trading seperti Petral ya," ujar Bambang di kantor pusat Pertamina, Rabu (4/11).

Ia mengungkapkan, untuk merealisasikan pendirian entitas bisnis tadi manajemen Pertamina tengah mencari lokasi yang tepat untuk dijadikan sebagai kantor pusat.

Dalam proyeksinya, PIDS sendiri bakal didirikan di Singapura atau Malaysia dengan alasan rendahnya pungutan pajak produk dan perusahaan. Di samping, menurutnya kedua negara tadi merupakan pasar BBM terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Tak cuma itu, Bambang menjelaskan Pertamina juga masih terus melakukan penjajakan dengan produsen minyak mentah dan liquefied petroleum gas (elpiji) di beberapa negara seperti Iran guna menopang pasokan produk PIDS ke depan.

Saat ini, manajemen perusahaan pelat merah itu diketahui mulai memperbesar area penjualan produk BBM dan pelumas dengan merambah pasar negara-negara di Asia Tenggara.

"Kami sedang mengikuti tender untuk bisa kerjasama dengan perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) Myanmar. Kalau menang, kami akan memiliki saham di beberapa fasilitas hilir migas di Myanmar seperti depo sampai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sana," terang pria yang kerap dipanggil Abe ini.

Yang menarik, di tengah rencana pendirian PIDS Pertamina juga diketahui tengah mengincar beberapa kilang pengolahan dan tangki penyimpanan di luar negeri. Sayang, Bambang enggan membeberkan lebih lanjut mengenai rencana akuisisi fasilitas tersebut.

"Di antaranya punya Royal Dutch Shell dan lain-lain. Tapi saya belum bisa update," ucap Bambang. [SUMBER]