[News] 05 November 2015 UP45 Gresik, CNN Indonesia 
 -- 
                    Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu 
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kembali memangkas proyeksi realisasi lifting minyak Indonesia sampai akhir 2015. Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi kali ini menyebut angka lifting paling realistis hanya sebesar 793 ribu barel per hari (bph).
Angka
 tersebut lebih rendah dari proyeksi yang disampaikannya pada Agustus 
2015 lalu, yaitu sebesar 812 ribu bph. Lebih rendah dibandingkan target lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar 825 ribu bph.
“Kami
 tidak bisa mencapai target nasional. Memang kalau dihitung dari target 
APBNP (realisasinya) masih di bawah, tapi kalau minyak dan gas kan tidak
 bisa ditentukan produksinya berapa," jelas Amien di Gresik, Jawa Timur,
 Rabu (4/11).
Amien mengatakan kalau salah satu penyebab utama realisasi lifting
 minyak hanya memenuhi 96,12 persen dari target APBNP 2015 adalah 
peristiwa kabut asap yang melanda pulau Sumatera dan Kalimantan. 
Meskipun tidak memengaruhi produksi minyak secara langsung, namun hal 
itu memengaruhi aspek teknis lainnya.
"Jadi gangguannya lebih ke 
arah Sumber Daya Manusia (SDM). Kan ada peralatan, ada pipa, lalu ada 
tempat penampungan. Peralatan-peralatan ini kan harus dioperasikan oleh 
manusia. Namun karena asap, manusia yang mengoperasikan tak bisa kesana,
 makanya alat-alat tersebut tidak bisa dijalankan," tambahnya.
Akibat kejadian itu, SKK Migas sempat menghitung adanya potensi kerugian (potential loss) lifting minyak sebesar 13 ribu bph. "Tapi sekarang sih sudah normal lagi," terangnya. 
Kendati demikian, Amien berujar kalau angka itu meningkat dari realisasi lifting minyak per 2 November kemarin. Hingga periode tersebut, lifting minyak telah mencapai 784 ribu bph. Amien mengatakan, peningkatan itu terjadi karena lifting minyak oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) akan maksimal pada akhir bulan ini.
Seperti
 yang telah diketahui sebelumnya, EMCL berencana untuk mengoptimasi 
produksi di Lapangan Banyu Urip dengan produksi yang ditaksir mencapai 
205 ribu bph. Awalnya, optimasi ini dijadwalkan pada bulan Oktober lalu 
namun molor sebulan akibat insiden perusakan kantor dan bocornya pipa 
Pertamina - Petrochina East Java (PPEJ) yang lokasinya berdekatan dengan
 fasilitas pipa Banyu Urip.
"Kami harapkan nanti akhir November ini produksi Exxon bisa maksimal," ujar Amien.
Melihat laporan tahunan SKK Migas 2014, realisasi lifting
 minyak mencapai 789,64 ribu bph atau setara 96,53 persen dari target 
sebesar 818 ribu bph. Sedangkan pada APBN 2016, pemerintah menetapkan 
target lifting minyak di angka 830 ribu bph. [SUMBER]
 

 
 
 
 
 
 
 
