[News] 07 November 2015 UP45 Migas Review, Jakarta - Country Managing Director Accenture Indonesia, Neneng Goenadi memandang penurunan harga minyak dapat dipandang secara positif. Trend penurunan harga minyak merupakan kesempatan bagi perusahaan migas untuk meningkatkan kualitas business process dan meningkatkan skill sumber daya manusia (SDM), agar perusahaan migas lebih tahan terhadap situasi pasar saat ini.
Berikut penjelaan Neneng Goenadi kepada Migas Review beberapa waktu lalu.
Bagaimana Accenture menyikapi potensi pasar di industri migas Indonesia yang kurang bergairah dimana trend harga minyak dunia cenderung terus menurun?
Potensi di industri Migas sangat terbuka lebar, kita selalu melihat tantangan sebagai opportunity bagi kami. Harga minyak saat ini lebih rendah, yang bisa kami lakukan adalah membantu industri migas untuk cost reduction. Dimana industri migas bisa lebih efektif dan efesien lagi untuk pengelolaan cost yang dikeluarkan. Kita banyak inisiatif dan point of view yang dapat membantu industri migas untuk bagaimana menyikapi harga yang rendah ini.
Harga seperti ini kita membantu mereka lebih efektif dan efesien mengatur cost mereka. Artinya bagaimana struktur organisasinya lebih tahan terhadap situasi pasar, bisnis prosesnya lebih line lagi, serta, bagaimana para karyawan ditingkatkan skill-nya pada saat harga minyak sedang turun. Pasti ada postifnya disetiap era, baik harga minyak sedang naik maupun sedang turun seperti saat ini. Kita melihat harga minyak rendah dari angle yang positif.
Apa layanan khusus yang bisa ditawarkan Accenture kepada industri migas dalam kondisi saat ini?
Ada beberapa hal seperti cost reduction program, zero base budgeting, smart people manajement, dan business process improvement. Cost reduction programbukan berarti hanya mencari suppier baru, itu sebagian saja yang merupakan sebagian aktifitas. Kita melihat secara holistik dan secara organisasi. Apakah bisnis prosesnya bisa lebih efektif dan efesien lagi, apakah secara keseluruhan operating model perusahaan tersebut ada yang bisa diperbaiki. Agar dapat mereduksi cost, aktifitas secara keseluruhan harus dilihat.
Bagaimana mengelola dan meningkatkan skill tenaga kerja di tengah industri migas yang sedang kurang bergairah?
Jangan sampai terjadi pada kejadian harga minyak turun pada era 90-an. Pada waktu itu industri migas tidak fokus pada pengembangan SDM, hingga ada skillyang hilang. Keputusan lay of bukan lah yang terbaik. Begitu yang ada yang pensiun harus dipersiapkan penggantinya. Harga minyak yang sedang rendah adalah kesempatan untuk mengembangkan skill SDM. Untuk mengupgrade skillSDM dapat membuat group study dengan bantuan teknologi dan bisa jugaswitching orang-orang yang bisa di switch.
Apakah terdapat hambatan-hambatan yang signifikan pada industri migas khususnya di Indonesia?
Saya melihatnya industri migas di Indonesia cukup mapan. Dapat dikatakan bahwa pemerintah cukup baik. Jika ada beberapa masalah, itu adalah kasus. Pada saat harga minyak seperti sekarang, tinggal bagaimana pemerintah bisa memberikan intensif. Agar kita dapat bersaing dengan negara lain.
Keuangan perusahaan oil and gas berada di kantung yang sama yakni di pusat, apakah keuangan mereka dipakai di Indonesia, di Vietnam, Nigeria, atau di negara lain. Dana investasi bukan hanya dicarikan di Indonesia, perusahaan migas harus subtitute dana dengan negara lain, karena dana yang dipunyai terbatas. Paling tidak ada penyikapan mengenai masalah itu, agar kita bersaing dengan negara lain untuk mendapatkan investasi.
Apakah ada strategi marketing khusus dari Accenture untuk industri migas?
Kita bukan pakai mass makerting. Yang dilakukan Accenture adalah mendiskusikan dan memberikan point of view kita kepada industri. Dari diskusi tersebut, kita memberikan benefit kepada klien seperti apa, dan apa yang sudah dilakukan di negara lain. Setiap company mempunyai fokus yang berbeda-beda. Kita share kepada klien tertentu secara one of one atau bersama-sama. Pendekatan marketing Accencure sangat fokus dan targeting.
Bagaimana peluang program 35.000 MW bagi Accenture?
Peluang 35.000 MW merupakan peluang buat setiap perusahaan yang dibidang terkait. Bagi kami bagaimana Accenture dapat membantu, apakah dapat membantu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai penyedia proyek, para investor, juga pemerintah. Semuanya menjadi peluang bagi kami, dengan bermacam-macam spesifikasinya, karena tergantung dari kebutuhan. Baik pemeintah dan PLN harus dikawal dengan baik. Kami sangat support dalam program 35.000 MW.
Pemerintah mencanagnkan peningkatan TKDN dari waktu ke waktu, apa kontribusi Accenture terhadap hal ini?
Accenture membantu supplier lokal untuk membantu memperbaiki business process agar kualitas produk yang dihasilkan lebih baik. Kita juga membantu klien-klien Accenture agar bagaimana caranya penggunaan lokal kontennya lebih baik lagi. Kami mempunyai pengalaman di berbagai negara seperti Brazil, Accenture membantu pemerintah Brazil untuk meningkatkan kualitas lokal konten agar jauh lebih baik.
Bagaimana tantangan pengunaan lokal konten di Indonesia?
Produk Indonesia tidak kalah dengan negara lain hanya saja quality control-nya nggak di jaga dengan baik. Industri manufaktur di Indonesia perlu meningkatkan kualitas quality control waluapun sekarang ini sudah lebih baik. Dalam meningkatkan penggunaan lokal konten perlunya analisa antara supply dan demand. Untuk itu diperlukan list barang-barang yang dibutuhkan oleh industri tertentu. Dengan catatan, barang tersebut terdapat banyak permintaan dan dipakai secara berkelanjutan, serta bahan bakunya tersedia di dalam negeri.
Ketika ada investor yang ingin masuk untuk membuka manufaktur di Indonesia, mereka langsung mengetahui demand barang yang dibutuhkan oleh industri lainnya. Dari list tersebut, kita dapat mengetahui barang yang perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, dan barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri yang demand-nya berkelanjutan.
Apa yang menjadi kekuatan Accenture sebagai konsultan di Indonesia?
Accenture termasuk konsultan perusahaan yang paling tua. Alasan Accenture di Indonesia karena Accenture peduli dengan indonesia. Kita dapat membantu Indonesia, pemerintah, dan perusahaan untuk menjadi lebih baik. Accenture adalah perusahaan global yang satu-satunya konsultan yang bertahan di indonesia pada krisis 1998. Pada saat krisis 1998, kita menunjukkan bahwa Accenture careterhadap Indonesia. Jika yang lain, pada saat kondisi sedang baik, mereka hadir. Namun, saat kondisi krisis siapa yang bertahan. [SUMBER]