[NEWS] 29 April 2016 UP45 New York, Metrotvnews.com- Harga minyak dunia kembali naik pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB),
mencapai tingkat tertinggi baru tahun ini, meskipun tidak ada berita
yang signifikan untuk memicu keuntungan.
AFP melansir, Jumat, 29 April, kenaikan harga minyak ini adalah ketiga kalinya secara berturut-turut, harga minyak memiliki beberapa dukungan dari melemahnya dolar AS setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Rabu (27/4) dan mengisyaratkan tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunganya, kata para analis.
AFP melansir, Jumat, 29 April, kenaikan harga minyak ini adalah ketiga kalinya secara berturut-turut, harga minyak memiliki beberapa dukungan dari melemahnya dolar AS setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Rabu (27/4) dan mengisyaratkan tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunganya, kata para analis.
"Kami memiliki Fed yang berjalan relatif dovish, jadi kami
punya sedikit pergerakan lebih rendah dalam dolar AS, yang positif bagi
komoditas-komoditas," kata Bart Melek dari TD Securities, sebagaimana
dikutip dari Antara.
Pasar minyak sedang memantau berlalunya kelebihan pasokan global untuk saat ini dan menawarkan beberapa kenaikan teknis. Sementara Brent mungkin ingin bergerak menuju USD50.
Di London, harga patokan Eropa, Brent North Sea untuk pengiriman Juni, naik 96 sen ke tingkat tertinggi sejak November menjadi menetap di USD48,14 per barel. Sementara patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 70 sen menjadi berakhir di USD46,03 per barel di New York Mercantile Exchange.
Dolar yang melemah turut membantu kenaikan harga minyak. Pada Kamis, dolar jatuh sekitar 3,0 persen terhadap mata uang Jepang setelah bank sentral Jepang (BoJ) mengecewakan pasar dengan tidak menawarkan stimulus tambahan untuk ekonomi yang sedang kesulitan.
"Yen Jepang sedang melakukan yang terbaik untuk mendukung harga minyak saat ini, karena yen telah menguat seperti sesuatu yang gila di tengah tidak adanya tindakan oleh bank sentral Jepang," kata Matt Smith dari ClipperData.
Dolar AS yang terdepresiasi terhadap mata uang lainnya, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
BoJ pada Kamis memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter saat ini, meskipun pasar mengharapkan pelonggaran tambahan, sementara menunda lagi tanggal target untuk mencapai tujuan inflasi dua persen.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS turun untuk minggu ketujuh ke tingkat terendah sejak Oktober 2014, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS pada Rabu.
Di sisi ekonomi AS, produk domestik bruto riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 0,5 persen di kuartal pertama 2016, lebih buruk dari perkiraan pedagang, menurut perkiraan awal yang dirilis oleh Departemen Perdagangan. [SUMBER]
Pasar minyak sedang memantau berlalunya kelebihan pasokan global untuk saat ini dan menawarkan beberapa kenaikan teknis. Sementara Brent mungkin ingin bergerak menuju USD50.
Di London, harga patokan Eropa, Brent North Sea untuk pengiriman Juni, naik 96 sen ke tingkat tertinggi sejak November menjadi menetap di USD48,14 per barel. Sementara patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 70 sen menjadi berakhir di USD46,03 per barel di New York Mercantile Exchange.
Dolar yang melemah turut membantu kenaikan harga minyak. Pada Kamis, dolar jatuh sekitar 3,0 persen terhadap mata uang Jepang setelah bank sentral Jepang (BoJ) mengecewakan pasar dengan tidak menawarkan stimulus tambahan untuk ekonomi yang sedang kesulitan.
"Yen Jepang sedang melakukan yang terbaik untuk mendukung harga minyak saat ini, karena yen telah menguat seperti sesuatu yang gila di tengah tidak adanya tindakan oleh bank sentral Jepang," kata Matt Smith dari ClipperData.
Dolar AS yang terdepresiasi terhadap mata uang lainnya, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
BoJ pada Kamis memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter saat ini, meskipun pasar mengharapkan pelonggaran tambahan, sementara menunda lagi tanggal target untuk mencapai tujuan inflasi dua persen.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS turun untuk minggu ketujuh ke tingkat terendah sejak Oktober 2014, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS pada Rabu.
Di sisi ekonomi AS, produk domestik bruto riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 0,5 persen di kuartal pertama 2016, lebih buruk dari perkiraan pedagang, menurut perkiraan awal yang dirilis oleh Departemen Perdagangan. [SUMBER]