[NEWS] 21 April 2016 UP45 Singapura, Kompas- Harga minyak pada perdagangan di pasar Asia hari ini, Kamis 
(21/4/2016), merespon data produksi AS yang berada pada titik terendah 
dalam 18 bulan.
Investor juga merespon desakan Irak yang menginginkan pertemuan baru 
untuk membatasi produksi minyak di antara anggota produsen komoditas 
tersebut.
Penguatan harga minyak terjadi hanya beberapa hari setelah gagalnya 
perundingan di antara negara-negara produsen minyak untuk membatasi 
output produksi, sehingga membuat pasokan minyak terus membanjir.
Hal lain yang juga mendorong penguatan harga minyak adalah mulai 
berdetaknya perekonomian China, yang sejauh ini menjadi pengguna energi 
terbesar di dunia, prediksi bahwa The Fed tak lagi menaikkan suku bunga 
acuannya, serta pelonggaran dari bank sentral sejumlah negara.
Harga minyak menguat hingga 4 persen hingga mendekati yang tertinggi dalam 5 bulan terakhir.
Di pasar Asia, harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni menguat 12 sen, atau 0,27 persen di posisi 44,3 dollar AS per barel, sedangkan harga minyak Brent untuk penghantaran Juni naik 8 sen, atau 0,17 persen menjadi 45,88 dollar AS.
"Paniknya pasar terkait dengan gagalnya perundingan di Doha. Namun 
saat ini kepanikan sudah mereda dan pelaku pasar mulai melihat ke 
depan," ujar Margaret Yang, analis CMC Markets Singapura, Kamis 
(21/4/2016).
Sejauh ini, naiknya produksi shale dari AS telah memicu 
membanjirnya pasokan minyak di pasar, beriringan dengan digenjotnya 
produksi oleh sejumlah produsen utama minyak, termasuk Arab Saudi dan 
Rusia. [SUMBER]
 

 
 
 
 
 
 
 
