[NEWS] 4 Mei 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Subsidi biodiesel terus membengkak hingga
mencapai Rp 5.500 /liter pada Mei, dari Rp 3.000 pada awal tahun ini.
Akibatnya, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit harus menyiapkan
strategi alternatif pencarian dana tambahan jika terjadi defisit.
Subsidi biodiesel periode Mei sebesar Rp
5.500/liter yang harus dikeluarkan Badan Pengelola Dana Perkebunan
Kelapa Sawit (BPDPKS) itu dikarenakan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO)
yang terus melejit hingga angka US$ 750 per ton dan minyak mentah yang
di kisaran US$ 30 /barrel. “Namun demikian, kami meyakini dana sawit
masih akan mencukupi selisih harga tersebut hingga akhir tahun. Kami
berharap dengan harga minyak yang membaik, selisih harganya bisa makin
kecil,” ujar Direktur BPDPKS, Bayu Khrisnamurti, seperti dilaporkan
dalam Bisnis.com, Rabu (4/5).
Sebelumnya, opsi memasukkan besaran
subsidi ke dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) 2016 sempat diwacanakan mengingat adanya kekhawatiran dana
sawit yang sudah terkumpul sekitar Rp 15,87 triliun termasuk proyeksi
penghimpunan dana sawit tahun ini Rp 9,5 triliun diperkirakan hanya
cukup untuk menyubsidi bahan bakar nabati itu selama 8 bulan -10 bulan.
Ia pernah mengkalkulasi setiap penurunan harga minyak bumi US$ 1 per
barel, maka dibutuhkan tambahan dana subsidi biodiesel sekitar Rp 350
miliar.
Sementara itu setiap kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) US$1 per ton dibutuhkan tambahan dana sekitar Rp38 miliar. Pada bagian lain, sebanyak 15 perusahaan ditetapkan sebagai pemasok bahan bakar nabati jenis fatty acid methyl eter atau biodiesel ke PT Pertamina (Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk. selaku penyedia bahan bakar minyak bersubsidi. [SUMBER]