[NEWS] 14 Juni 2016 UP45 Jakarta, EnergiToday- Pengamat Energi Ali Ahmudi, mengatakan pembentukan holding energy
company didasari kepentingan untuk memperkuat sekaligus meningkatkan
daya saing perusahaan energi nasional.
“Keberadaan perusahaan holding juga akan mendorong efisiensi energi dari hulu ke hilir, serta meningkatkan kelincahan perusahaan energi nasional untuk berekspansi ke luar negeri,” ujarnya belum lama ini di Jakarta.
Ali menjelaskan, keberadaan holding sektor lainnya seperti perkebunan, pupuk, dan semen juga menjadi acuan dibentuknya hal serupa di sektor energi.
“Pembentukan holding merupakan strategi efektif dalam mendorong keunggulan kompetitif perusahaan energi nasional,” tuturnya.
Namun, tambahnya, upaya mewujudkan BUMN energi Indonesia yang semakin kuat dan kompetitif berpulang kepada political will pemerintah dan stakeholder terkait.
Untuk itu, Ali menegaskan, Indonesia harus merujuk dua negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia dan Singapura. Pasalnya, pada pemerintahan Mahatir Mohammad (PM Malaysia) misalnya pada pertengahan 1990-an mendukung kemandirian Khazanah Bhd karena pemerintahnya yakin negara membutuhkan BUMN yang sehat dan kuat untuk dapat bersaing secara global. Demikian pula di Singapura, PM Lee Kuan Yew pada saat membentuk Temasek Group beranjak dari pemikiran serupa.
“Sungguh tragis, resep sama yang dimiliki Indonesia tidak dijalankan dengan baik sehingga BUMN kita jalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran. Pada 1970-an Petronas belajar dari Pertamina, namun kini kondisi sebaliknya yang terjadi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Ali melanjutkan, pemerintah Jokowi saat ini memiliki kesempatan mengubah sejarah. Saatnya Indonesia bangkit dan tegak berdikari. “Mari bersama kita bangun PGN makin keren, Pertamina terus berjaya, dan Indonesia yang lebih perkasa,” pungkasnya. [SUMBER]
“Keberadaan perusahaan holding juga akan mendorong efisiensi energi dari hulu ke hilir, serta meningkatkan kelincahan perusahaan energi nasional untuk berekspansi ke luar negeri,” ujarnya belum lama ini di Jakarta.
Ali menjelaskan, keberadaan holding sektor lainnya seperti perkebunan, pupuk, dan semen juga menjadi acuan dibentuknya hal serupa di sektor energi.
“Pembentukan holding merupakan strategi efektif dalam mendorong keunggulan kompetitif perusahaan energi nasional,” tuturnya.
Namun, tambahnya, upaya mewujudkan BUMN energi Indonesia yang semakin kuat dan kompetitif berpulang kepada political will pemerintah dan stakeholder terkait.
Untuk itu, Ali menegaskan, Indonesia harus merujuk dua negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia dan Singapura. Pasalnya, pada pemerintahan Mahatir Mohammad (PM Malaysia) misalnya pada pertengahan 1990-an mendukung kemandirian Khazanah Bhd karena pemerintahnya yakin negara membutuhkan BUMN yang sehat dan kuat untuk dapat bersaing secara global. Demikian pula di Singapura, PM Lee Kuan Yew pada saat membentuk Temasek Group beranjak dari pemikiran serupa.
“Sungguh tragis, resep sama yang dimiliki Indonesia tidak dijalankan dengan baik sehingga BUMN kita jalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran. Pada 1970-an Petronas belajar dari Pertamina, namun kini kondisi sebaliknya yang terjadi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Ali melanjutkan, pemerintah Jokowi saat ini memiliki kesempatan mengubah sejarah. Saatnya Indonesia bangkit dan tegak berdikari. “Mari bersama kita bangun PGN makin keren, Pertamina terus berjaya, dan Indonesia yang lebih perkasa,” pungkasnya. [SUMBER]