[NEWS] 10 Oktober 2016 UP45, Katadata - Luhut mengklaim, Inpex tidak keberatan dengan skema pemisahan Proyek
Masela tersebut. “Itu sudah disepakati dan lagi dihitung detail oleh
kedua belah pihak."
Pembahasan rencana pengembangan proyek Blok Masela antara pemerintah
dan Inpex Corporation mencapai tahap final. Pengembangan blok kaya gas
di Laut Arafura, Maluku, ini akan dipisah menjadi dua bagian, yaitu
bagian hulu dan hilir. Tujuannya agar biaya investasinya bisa dipangkas.
Pelaksana
tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar
Pandjaitan mengungkapkan, sudah membahas rencana pengembangan Blok
Masela dengan manajemen Inpex di kantor pusatnya ketika berkunjung ke
Jepang pada pekan lalu. “Saya makan malam dengan Presiden atau Chief Executive Officer (CEO) Inpex. Mereka sangat apresiasi perkembangan dari pembicaraan Masela,” kata dia di Jakarta, Selasa (11/10).
Dalam
pertemuan itu, Luhut menjelaskan rencana pembangunan Proyek Masela akan
dipisahkan menjadi dua bagian. Pertama, di bagian hulu mulai dari tahap
pengeboran hingga produksi gas akan dikerjakan oleh Inpex sebagai
kontraktor Blok Masela.
Kedua, bagian pasca produksi gas sampai
hilirasi pemanfaatan gas untuk industri petrokimia dan pupuk akan
dikerjakan oleh perusahaan Indonesia bekerja sama dengan
perusahaan Jepang.
Menurut Luhut, gas untuk industri pupuk ini
sangat penting. Produksi pupuk bisa disalurkan ke daerah Merauke, Papua.
Apalagi, pemerintah akan menjadikan Merauke sebagai lumbung pangan
Indonesia.
Ia mengklaim, Inpex tidak keberatan dengan skema
pemisahan Proyek Masela tersebut. “Itu sudah disepakati dan lagi
dihitung detail oleh kedua belah pihak. Pertemuan intensif kedua belah
pihak 2 sampai 3 kali dalam satu minggu,” ujar dia.
Skema
pemisahan tersebut diyakini akan menurunkan biaya investasi pengembangan
Blok Masela. Sayangnya, Luhut tidak mau menyebut besaran pemangkasan
biayanya. “Cost-nya bisa diturunkan. Tapi saya kira tidak elok disebutkan di sini, biarkan nanti Inpex yang menjelaskan detailnya,” katanya.
Namun,
Luhut sebelumnya pernah menyatakan, nilai investasi Blok Masela kalau
hanya mencakup bagian hulu saja sekitar US$ 7 miliar. Sebagai
perbandingan, hitungan awal investasi Blok Masela dengan skema darat
mencapai US$ 22 miliar.
Juru
Bicara Inpex Usman Slamet menyatakan, Inpex merespons positif dukungan
dan kerjasama dengan Kementerian ESDM dan SKK Migas selama ini agar
pengembangan lapangan gas Abadi, Blok Masela, dapat segera dimulai.
Namun, dia mengingatkan, rencana pengembangan itu membutuhkan
perhitungan yang seksama dan hati-hati.
"Proyek itu kompleks,
yang melibatkan investasi sangat besar dan jangka panjang, dengan
tingkat risiko yg besar," katanya kepada Katadata, Selasa (11/10) malam.
Di
sisi lain, Luhut menyatakan, lahan yang akan dipakai untuk membangun
kilang gas dari Blok Masela belum ditentukan. Sampai saat ini sudah ada
dua pilihan dan Presiden Joko Widodo yang nantinya akan
memutuskan.
Sementara
terkait permintaan insentif oleh Inpex agar proyek itu ekonomis, Luhut
mengaku, masih dalam tahap negosiasi. "Kami mengerjakan secara paralel
sehingga diharapkan konstruksi Proyek Masela itu dimulai anytime tahun 2019,” ujar dia.
Sebelumnya,
Inpex meminta tiga insentif pengembangan Blok Masela menggunakan skema
di darat. Pertama, tingkat pengembalian investasi/Internal Rate of
Return (IRR) 15 persen dengan penambahan kapasitas dari 7,5 mtpa ke 9,5
mtpa.
Kedua, moratorium kontrak dari yang seharusnya kontrak
berakhir di 2028 menjadi 2038. Masa waktu itu belum dihitung dengan
perpanjangan kontrak yang akan diminta Inpex setelah kontrak berakhir.
Ketiga, penggantian biaya (cost recovery) untuk studi yang sudah dikeluarkan Inpex selama ini, yakni sebesar US$ 1,2 miliar.[SUMBER]