[NEWS] 18 November 2016 UP45, Jakarta, Katadata-- Dana yang dikeluarkan Pertamina untuk biaya angkut BBM ke pelosok daerah, tidak lebih dari Rp 1 triliun per tahun.
PT Pertamina (Persero) menyatakan akan mengimpor bahan bakar minyak
(BBM) dari Malaysia, milik Petroliam Nasional Berhad (Petronas). Ini
merupakan upaya yang diambil Pertamina untuk merealisasikan kebijakan
BBM Satu Harga yang ditugaskan pemerintah.
Wakil Direktur Utama
Pertamina Ahmad Bambang mengatakan impor merupakan cara yang dianggap
efektif, ketimbang mendatangkan BBM dari Jawa untuk didistribusikan ke
daerah perbatasan. Pertimbangannya dari segi biaya yang dikeluarkan.
Pertamina
melalui anak usahanya, PT Pertamina Patra Niaga, telah menandatangani
kontrak dengan Petronas. Kontrak ini terkait sistem swap atau
saling impor BBM di untuk wilayah perbatasan, khususnya di pulau
Kalimantan. “Kami sudah tandatangan kontrak,” kata dia di Gedung
Pertamina, Jakarta, Selasa (8/11).
Wilayah yang akan mendapatkan pasokan BBM impor dari Petronas adalah
Krayan dan Long Apung (Kalimantan Utara). Dengan skema ini Pertamina
bisa menghemat ongkos angkut BBM dari kisaran Rp 20.000-30.000 per
liter. Sehingga pengangkutan dengan menggunakan pesawat bisa dialihkan
ke wilayah Timur Indonesia seperti Papua.
Ke depan, harapannya
BBM impor ini juga bisa dinikmati daerah perbatasan lainnya. Saat ini,
Pertamina masih mendata wilayah perbatasan lainnya. Adapun wilayah
perbatasan di Kalimantan yakni Krayan Kalimantan Utara, Sambas di
Kalimantan Barat, Entikong Kalimantan Barat, dan Nunukan di Kalimantan
Utara.
Selain Kalimantan, masih banyak wilayah Indonesia yang
belum satu harga. Bambang mengatakan Pertamina baru menerapkan BBM satu
harga di wilayah Karimun Jawa. Dalam waktu dekat akan Pertamina akan
menyambangi pulau Enggano di Bengkulu bagian selatan. Tahun depan,
menargetkan bisa memasuki wilayah pelosok Indonesia lainnya seperti di
Maluku Utara, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
hingga kepulauan Riau.
Bambang
memperkirakan dana yang dikeluarkan Pertamina untuk biaya angkut BBM ke
pelosok daerah yang belum satu harga tidak lebih dari Rp 1 triliun
per tahun. Dana tersebut diambil sebagian dari keuntungan Pertamina
dalam menjual BBM. "Nanti di tahun berikutnya kami pakai dana Corporate Social Responsibility," kata dia.
Direktur
Utama Pertamina Dwi Soetjipto memastikan aksi perusahaannya untuk
menerapkan BBM satu harga di pelosok Indonesia tidak membuat kerugian
yang besar. Sebab jumlah volume BBM yang dipasok ke area yang belum satu
harga, hanya sebesar 3-4 persen dari total seluruh Indonesia.
Apalagi
dengan efisiensi, Pertamina bisa menekan biaya transportasi menjadi
kurang dari 10 persen. "Jadi kenaikan ongkos itu kalau bisa kita handel
dan perusahaan secara keseluruhan masih laba, tidak ada masalah," kata
Dwi. [SUMBER]